Strategi Opmalisasi Potensi Biofarmaka Melalui Pembentukan Kampung Jamu di Kabupaten Pekalongan

  • Metha Anung Anindhita
  • Mahfur
  • Kharismatul Khasanah
Keywords: Biofarmaka, kampung herbal, aset pentagonal

Abstract

Kabupaten Pekalongan terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Oleh karena itu memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti tumbuhan biofarmasi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pekalongan (2020) tahun 2019, terdapat banyak jenis tumbuhan biofarmaka seperti lengkuas, jahe, kapulaga, kunyit, kencur, lempuyang, temuireng, dan temukunci. Kandangserang, Paninggaran, Talun, Kajen, dan Doro adalah daerah penghasil tinggi tanaman ini. Saat ini hasil panen biasanya dijual segar ke penjual atau industri jamu di luar daerah. Tanaman biofarmaka belum maksimal terlihat dari jumlah pengusaha jamu yang masih sedikit, yaitu hanya sekitar 26 unit. Tanaman biofarmaka merupakan potensi lokal yang dapat dioptimalkan dan dapat menjadi aset daerah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mengembangkan potensi biofarmaka melalui pembentukan Kampung Jamu. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian strategi optimalisasi potensi lokal tumbuhan biofarmaka melalui pembentukan Kampung Jamu. Rancangan penelitian dilakukan dengan penelitian eksplorasi dengan pendekatan kualitatif didukung dengan triangulasi data statistik melalui wawancara mendalam dengan informan untuk mencari persepsi dari berbagai sumber. Hasilnya, pembentukan Kampung Jamu dilakukan berdasarkan Aset Pentagonal, wilayah Kabupaten Pekalongan berpotensi membentuk Kampung Jamu. Rekomendasi penentuan lokasi yang akan dibentuk Kampung Jamu mengacu pada beberapa pertimbangan yaitu potensi biofarmaka, keterampilan dan komitmen masyarakat, infrastruktur serta dukungan dari pemerintah.

Published
2021-04-07